PERHATIAN

BCA tidak memungut biaya apapun selama proses pendaftaran dan seleksi karir berlangsung.

ARTIKEL

Conflict Management Styles: Intip Cara Menyelesaikan Konflik Paling Ampuh

13 August 2024

Di dunia kerja, kita tentu ingin semua hal berjalan dengan baik dan lancar, namun tidak jarang konflik muncul ditengah-tengah kita. Meskipun konflik adalah hal yang normal dan alami di tempat kerja mana pun, konflik ternyata dapat menyebabkan hilangnya produktivitas hingga menurunnya kerjasama antara tim. Tetapi pada saat yang sama, konflik juga dapat menjadi motivasi yang menghasilkan ide-ide dan inovasi baru serta meningkatkan fleksibilitas dan pemahaman yang lebih baik. Sehingga konflik perlu dikelola secara efektif agar dapat berkontribusi pada keberhasilan tim.

Conflict Management Styles adalah berbagai gaya atau cara seseorang dalam mengatasi, terlibat, dan menyelesaikan konflik. Setiap individu menangani konflik dengan caranya masing-masing. Tergantung pada gaya manajemennya, beberapa orang juga memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam mengatasi konflik di tempat kerja mereka. Memahami gaya manajemen konflik alami kita dan bagaimana kita dapat menyesuaikannya agar sesuai dengan tempat kerja kita dapat berdampak penting pada interaksi di tempat kerja dan produktivitas tim.

Berikut ini beberapa Conflict Management Styles yang bisa diaplikasikan:  

  • Collaborating Style: Gaya ini merupakan kombinasi dari sikap asertif dan kooperatif. Mereka yang berkolaborasi berusaha bekerja sama dengan orang lain untuk mengidentifikasi solusi yang sepenuhnya memenuhi kekhawatiran semua orang. Dalam gaya ini mencapai tujuan dan menjalin relasi menjadi sama pentingnya.
  • Competing Style: Gaya ini biasanya digunakan jika kita tidak peduli dengan hubungan dan mengutamakan output. Cocok diterapkan dalam bersaing dengan kompetitor untuk mendapatkan klien, yang berarti situasi mengejar kepentingan pribadi dengan sikap yang tegas.
  • Avoidance Style: Gaya menghindari konflik (avoiding) cenderung tidak asertif dan tidak kooperatif dan secara diplomatis menghindari suatu isu atau sekadar menarik diri dari situasi yang mengancam. Ketika kamu menolak untuk menangani suatu konflik, kamu menerapkan gaya avoidance. Ini tidak selalu merupakan strategi yang efektif, namun dalam situasi tertentu kamu mungkin merasa tidak punya pilihan. 
  • Accomodation Style: Berbeda dari competing, gaya akomodasi memiliki unsur pengorbanan diri untuk memuaskan pihak lain. Dalam praktiknya, ini berarti bersedia mengesampingkan kepentingan pribadi untuk mencari jalan tengah dengan tim kamu. Kamu dapat menggunakan strategi ini jika konfliknya kecil dan kamu perlu segera mengatasi suatu masalah.
  • Compromising Style: Gaya ini bertujuan untuk menemukan solusi yang bijaksana dan dapat diterima bersama yang bisa “sama-sama enak” dan memuaskan kedua pihak yang berkonflik dengan tetap menjaga hubungan baik dan kerja sama. Gaya ini paling baik digunakan ketika kamu ingin sekadar mengambil keputusan dan beralih ke hal yang lebih penting serta bersedia untuk sedikit berkorban demi terwujudnya keputusan tersebut. Misalnya kedua karyawan yang berselisih mau tidak mau mengambil jalan tengah agar semuanya adil dan perselisihan itu selesai. 

Kita sudah mengenal kelima jenis gaya manajemen konflik. Setiap gaya manajemen konflik memiliki keunggulan masing-masing, karena semua bisa digunakan tergantung situasi yang ada di lapangan. Namun, terlepas dari gaya manapun yang kita pakai menurut situasinya, sangatlah penting untuk tidak merasa takut ketika konflik muncul karena ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari munculnya sebuah konflik, seperti menjadi lebih terampil dan berkualitas dengan membangun respon intelektual untuk mengurangi konflik.

Artikel Lainnya

Cari Karir